Tiga bangunan terdiri dari dua toko dan satu rumah warga Desa Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, hangus terbakar, Kamis 15 April 2009 malam. Saksi mengatakan sumber api berasal dari benda aneh seperti bola api yang jatuh dari langit dan mengenai bangunan toko semipermanen tersebut.
Warga melihat bola api tersebut tampak berwarna merah kekuningan. Fenomena itu diyakini warga telah membuat tiga bangunan terdiri dari dua toko dan satu rumah warga Desa Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh hangus terbakar.
Tetapi, hal ini langsung saja di sangkal oleh Kepala Badan Meteorologi Klimotologi dan Geofisika (BMKG) Blang Bintang, Aceh Besar, Syamsuir, beliau menyatakan kejadian pada kamis malam di kawasan Lambaro Skep banda Aceh bukan lah akibat dari meteor, “Itu tidak mungkin,” begitu katanya.
Syamsuir pun menyatakan bahwa jika meteor jatuh ke bumi akan langsung padam dan tidak akan menimbulkan kebakaran seperti yang di isukan warga Aceh, berbeda jika kasusnya itu adalah Petir yang memiliki unsur listrik di dalam nya mungkin saja akan menjadi kan kebakaran jika menyambar bangunan.
“Meteor itu jarang jatuh didaratan. Dia biasa jatuh ke lautan,” tukas syamsuir.
Selain contoh tersebut, ada beberapa daerah lain yang tertimpa kejatuhan meteor. Pada 19 Desember 2004
Warga Desa Jinjing, Kecamatan Tigaraksa, Tangerang dikagetkan suara ledakan keras di langit. Suara itu terdengar juga di Jakarta dan Bekasi. Oleh para ahli, pada waktu itu ledakan yang terjadi pukul 7.30 WIB merupakan pecahan meteor yang kebetulan berpapasan dengan bumi.
Berikut ini adalah meteor yang jatuh di Indonesia dalam kurun waktu sekitar satu abad:
27 November 1908, ditemukan di Pulau Kangean, Sumenep Jawa Timur, seberat 1.63 kg
2 Juni 1915, meteorit dengan nama Meester-Cornelis ditemukan di Klenderm Jakarta seberat 24.75 kg
30 Agustus 1919, ditemukan di Rembang Jawa Tengah, seberat 10 kg
24 Mei 1933, ditemukan di Banten seberat 629 gram
27 November 1908, ditemukan di Pulau Kangean, Sumenep Jawa Timur, seberat 1.63 kg
2 Juni 1915, meteorit dengan nama Meester-Cornelis ditemukan di Klenderm Jakarta seberat 24.75 kg
30 Agustus 1919, ditemukan di Rembang Jawa Tengah, seberat 10 kg
24 Mei 1933, ditemukan di Banten seberat 629 gram
20 Juni 1935, ditemukan di Madiun, Jawa Timur, seberat 400 gram
26 September 1939, ditemukan di Selakopi, Jawa Barat, seberat 1,6 kg
1940, ditemukan di daerah kediri, Jawa Timur
14 Februari 1975, ditemukan di Tambakwatu, Jawa Timur seberat 10,5 kg
7 Mei 1979, ditemukan di Cilimus, Jawa Barat, seberat 1,6 kg
13 Maret 1984, ditemukan di Jumapalo, Jawa Timur, seberat 32,49 kg
April 2003, ditemukan jatuh di Purun, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, 20 kg.
Berdasarkan data statistik menyangkut populasi asteroid yang beredar di dekat bumi, asteroid-asteroid cukup besar seperti yang jatuh di Bone biasa menghantam bumi dalam kisaran 2-12 tahun sekali.
Peneliti utama astronomi dan astrofisika di National Aeronautics dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, puncak hujan meteor akan terjadi pada tanggal 21-22 April. Pada saat itu, sekitar 10-20 meteor diperkirakan akan muncul setiap jamnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar